Akhirnya, masa-masa SMA telah berlalu dan gue mulai memasuki masa-masa baru yaitu masa-masa kuliah dan menjadi mahasiswa di salah satu universitas di daerah gue. Yupz, selamat tinggal masa putih abu-abu. Segala kenangan manis saat SMA dan juga kenangan yang bikin ngenes karena cinta gue terhadap seseorang tidak kesampaian karena tidak gue ungkapkan. Gue move on dari bayang-bayang cerita sedih tersebut dan mulai menjalani masa-masa yang baru.
Di masa-masa awal kuliah gue mulai merubah berbagai image diri terutama soal penampilan. Gue yang waktu SMA dulu sering pake gaya rambut berdiri ala buah asem dihisap kalong. Ketika kuliah gue rubah gaya rambut gue menjadi model poni lempar ala korden ditiup angin (walau masih lepek kayak sapu ijuk disiram minyak jelantah). Semua itu gue lakukan biar bisa membuat tertarik lawan jenis walaupun banyak dari mereka yang melihat gue dengan tatapan aneh. Gue dikira alien kali ya? Juga karena si Steven (laptop gue) masih belum hadir di hidup gue. Gue jadi sering bolak-balik warnet buat nyari bahan buat ngerjain tugas kuliah.
Namanya juga kuliah pastinya banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang usianya muda seperti gue sampai yang usianya udah tergolong veteran (berumur mas bro). Soal latar belakang udah pasti macam-macam dari yang sifatnya tergolong gokil sampai yang dikategorikan makhluk langka yang dilindungi pemerintah. Kebetulan ada beberapa sohib-sohib gue waktu SMA yang juga masuk universitas yang sama dan satu jurusan pula. Ya, jadinya gue enggak sendirian.
Kalo soal cewek ya udah pasti banyak yang cakep dan unyu-unyu. Lumayanlah buat cuci mata waktu sedang kuliah apalagi kan gue punya insting detektif yang suka mengamati keadaan sekitar. Ada yang matanya belo dan juga ada yang matanya sipit. Dari yang senyumnya lebar merekah sampai yang senyumnya setengah-setengah. Kalo perlu gue catet yang mana yang menurut gue cakep.
Sayangnya dari banyaknya cewek tersebut, enggak ada satupun yang ngelirik gue. Padahal gue kan ganteng (bila gue ngaca ketika ruangan dalam keadaan gelap). Ya biarlah, mau ada yang lirik atau mau ada yang nyambit (mudah-mudahan jangan ada) yang penting gue bisa kuliah.
Hari itu sepulang gue kuliah. Badan capek dan pikiran ngebul kaya kompor kelebihan gas. Gue merebahkan diri di kamar gue yang penuh seni abstrak alias berantakan. Gue mikir-mikir salah satu tugas kelompok dari dosen. Komposisi pemainnya 5 orang yaitu 3 cewek dan 2 cowok. Jujur aja gue enggak tahu siapa anggota kelompok gue kecuali satu orang yang tidak lain sohib gue sendiri jadi cuma gue sama temen gue yang cowok. Waktu deadline masih lama tapi kalo enggak dikerjain cepat-cepat bisa gawat juga.
Malamnya selesai sholat maghrib dan makan malam gue santai berbaring di kamar gue tercinta. Trrttt trrrrttt trrrrtttt. Handphone gue bergetar. Ada sms masuk dan gue baca ternyata teman satu kelompok gue juga nanyain bagaimana soal pengerjaan tugas tersebut biar enggak keburu digebrak deadline. Gue jawab aja seadanya yang penting objektif dan enggak mengada-ada. Juga gue kasih banyolan khas gue. Eh si dia malah ketawa dan yes banyolan gue berhasil dan enggak garing seperti banyolan gue yang terdahulu. Saling balas membalas SMS. Nyambung juga ini cewek tapi gue enggak tahu yang mana orangnya.
Akhirnya gue dan teman kelompok gue yang lain sepakat buat ketemu dan ngerjain tugas kelompok tanggal sekian dan waktu sekian. Gue paling nunggu waktu ini karena gue pasti ketemu dengan cewek satu kelompok gue yang nyambung banget waktu SMSan sama gue tempo hari.
Gue dan teman gue yang cowok menggeber motor kesayangan masing-masing menuju tempat yang dijanjikan yaitu rumah salah satu teman tugas kelompok gue yang lain. Ketika sudah sampai suasana masih sepi berarti makhluk yang lain pada belum nongol. Sembari menunggu mereka pada datang, gue dan teman gue cabut bentar buat jalan-jalan.
Selesai jalan-jalan menikmati pemandangan yang ada di pinggir jalan walau kebanyakan yang dipandang adalah rumah orang. Gue kembali ke TKP. Semuanya udah pada datang. Gue celingukan buat nyari tau mana cewek yang SMSan sama gue kemarin itu. Gue masih celingukan.
Tibalah satu kesimpulan yang benar-benar objektif dan pasti kebenarannya. Bahwa cewek yang kemarin SMSan sama gue kemarin adalah cewek yang pake kacamata dan wajahnya kalem. Dia lumayan pendiam. Gue mikir apa dia yang kemarin SMSan sama gue. Tapi gue yakin emang dia orangnya. Senyumnya yang dingin dan boleh dikata rada misterius bikin gue penasaran pengen tau bagaimana dia orangnya.
Selesai ngerjain tugas kelompok dan janji ngebahasnya lagi di kampus, kami pulang ke rumah masing-masing. Gue yang masih diliputi penasaran akhirnya memberanikan diri buat menghubunginya terlebih dahulu buat memastikan apa yang masih belum gue yakini. Gue kirim SMS dan tunggu beberapa saat akhirnya ada SMS balasan dari dia. Gue basa-basi sebentar buat mengorek keterangan dan keraguan gue akhirnya sirna. Itu emang beneran dia. Tapi gue merasa nyambung kalo berhubungan dengan dia. Frekuensinya sesuai gitu loh.
Walaupun gue cuman ketemu waktu kuliah doang dan berhubungan melalui handphone. Gue merasa nyaman bicara sama dia. Waktu kuliah gue coba pake skill curi-curi pandang gue. Ternyata dia lumayan menarik juga. Waktu malam hari gue sering menghubungi dia lewat handphone.
Lama-lama hal simple tersebut menjadi kebiasaan. Tidak menghubungi dia walau satu hari atau saat pulsa sedang sekarat rasanya kurang sip. Dan entah kenapa waktu memikirkan dia dimana. sedang siapa dan berbuat apa, gue pengennya sambil dengerin musik balada yang syahdu. Padahal gue doyannya musik aliran cadas kayak Dragonforce, Linkin Park, The Gazette dan lain-lain. Tapi sekarang musik cinta ala Melly Goeslaw dan Rossa menghiasi kuping gue.
Terpikir oleh gue apakah ini yang namanya cinta? Gue masih belum yakin apakah ini atau cinta atau enggak. Tapi setiap kali gue tidak berhubungan dengannya walau satu hari saja. Terasa berat hari tersebut seperti ada yang hilang di hari-hari gue. Juga saat waktu berhubungan dengan dia dan gue tanya apakah dia punya kekasih atau tidak dan dia hanya menjawab dengan jawaban yang masih belum jelas serta penuh teka-teki, terasa sesak hati kecil gue.
Dan gue menarik kesimpulan gue cinta sama dia. Cewek yang misterius, penuh teka-teki namun lembut tersebut telah mencuri hati gue dan gue tidak harus melaporkannya kepada pihak yang berwajib walaupun hati gue telah dia curi. Inikah yang namanya takdir
Teringat dengan kenangan cinta gue yang gagal karena tidak pernah gue ungkapkan. Kenangan sedih tersebut kembali menghantui gue. Namun sekarang gue mencoba mendobrak dinding pembatas yang menghalangi jalan untuk menggapai cinta gue tersebut. Mungkin percobaan pertama ini akan berakhir menyakitkan tapi tidak salah kalo dicoba. Terlebih dahulu gue rencanakan bagaimana cara gue untuk mengungkapkan cinta gue. Dan pelan-pelan gue jalankan sambil berdoa mudah-mudahan cinta gue kali ini bisa tercapai. Mudah-mudahan.
Di masa-masa awal kuliah gue mulai merubah berbagai image diri terutama soal penampilan. Gue yang waktu SMA dulu sering pake gaya rambut berdiri ala buah asem dihisap kalong. Ketika kuliah gue rubah gaya rambut gue menjadi model poni lempar ala korden ditiup angin (walau masih lepek kayak sapu ijuk disiram minyak jelantah). Semua itu gue lakukan biar bisa membuat tertarik lawan jenis walaupun banyak dari mereka yang melihat gue dengan tatapan aneh. Gue dikira alien kali ya? Juga karena si Steven (laptop gue) masih belum hadir di hidup gue. Gue jadi sering bolak-balik warnet buat nyari bahan buat ngerjain tugas kuliah.
Namanya juga kuliah pastinya banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang usianya muda seperti gue sampai yang usianya udah tergolong veteran (berumur mas bro). Soal latar belakang udah pasti macam-macam dari yang sifatnya tergolong gokil sampai yang dikategorikan makhluk langka yang dilindungi pemerintah. Kebetulan ada beberapa sohib-sohib gue waktu SMA yang juga masuk universitas yang sama dan satu jurusan pula. Ya, jadinya gue enggak sendirian.
Kalo soal cewek ya udah pasti banyak yang cakep dan unyu-unyu. Lumayanlah buat cuci mata waktu sedang kuliah apalagi kan gue punya insting detektif yang suka mengamati keadaan sekitar. Ada yang matanya belo dan juga ada yang matanya sipit. Dari yang senyumnya lebar merekah sampai yang senyumnya setengah-setengah. Kalo perlu gue catet yang mana yang menurut gue cakep.
Sayangnya dari banyaknya cewek tersebut, enggak ada satupun yang ngelirik gue. Padahal gue kan ganteng (bila gue ngaca ketika ruangan dalam keadaan gelap). Ya biarlah, mau ada yang lirik atau mau ada yang nyambit (mudah-mudahan jangan ada) yang penting gue bisa kuliah.
Hari itu sepulang gue kuliah. Badan capek dan pikiran ngebul kaya kompor kelebihan gas. Gue merebahkan diri di kamar gue yang penuh seni abstrak alias berantakan. Gue mikir-mikir salah satu tugas kelompok dari dosen. Komposisi pemainnya 5 orang yaitu 3 cewek dan 2 cowok. Jujur aja gue enggak tahu siapa anggota kelompok gue kecuali satu orang yang tidak lain sohib gue sendiri jadi cuma gue sama temen gue yang cowok. Waktu deadline masih lama tapi kalo enggak dikerjain cepat-cepat bisa gawat juga.
Malamnya selesai sholat maghrib dan makan malam gue santai berbaring di kamar gue tercinta. Trrttt trrrrttt trrrrtttt. Handphone gue bergetar. Ada sms masuk dan gue baca ternyata teman satu kelompok gue juga nanyain bagaimana soal pengerjaan tugas tersebut biar enggak keburu digebrak deadline. Gue jawab aja seadanya yang penting objektif dan enggak mengada-ada. Juga gue kasih banyolan khas gue. Eh si dia malah ketawa dan yes banyolan gue berhasil dan enggak garing seperti banyolan gue yang terdahulu. Saling balas membalas SMS. Nyambung juga ini cewek tapi gue enggak tahu yang mana orangnya.
Akhirnya gue dan teman kelompok gue yang lain sepakat buat ketemu dan ngerjain tugas kelompok tanggal sekian dan waktu sekian. Gue paling nunggu waktu ini karena gue pasti ketemu dengan cewek satu kelompok gue yang nyambung banget waktu SMSan sama gue tempo hari.
Gue dan teman gue yang cowok menggeber motor kesayangan masing-masing menuju tempat yang dijanjikan yaitu rumah salah satu teman tugas kelompok gue yang lain. Ketika sudah sampai suasana masih sepi berarti makhluk yang lain pada belum nongol. Sembari menunggu mereka pada datang, gue dan teman gue cabut bentar buat jalan-jalan.
Selesai jalan-jalan menikmati pemandangan yang ada di pinggir jalan walau kebanyakan yang dipandang adalah rumah orang. Gue kembali ke TKP. Semuanya udah pada datang. Gue celingukan buat nyari tau mana cewek yang SMSan sama gue kemarin itu. Gue masih celingukan.
Tibalah satu kesimpulan yang benar-benar objektif dan pasti kebenarannya. Bahwa cewek yang kemarin SMSan sama gue kemarin adalah cewek yang pake kacamata dan wajahnya kalem. Dia lumayan pendiam. Gue mikir apa dia yang kemarin SMSan sama gue. Tapi gue yakin emang dia orangnya. Senyumnya yang dingin dan boleh dikata rada misterius bikin gue penasaran pengen tau bagaimana dia orangnya.
Selesai ngerjain tugas kelompok dan janji ngebahasnya lagi di kampus, kami pulang ke rumah masing-masing. Gue yang masih diliputi penasaran akhirnya memberanikan diri buat menghubunginya terlebih dahulu buat memastikan apa yang masih belum gue yakini. Gue kirim SMS dan tunggu beberapa saat akhirnya ada SMS balasan dari dia. Gue basa-basi sebentar buat mengorek keterangan dan keraguan gue akhirnya sirna. Itu emang beneran dia. Tapi gue merasa nyambung kalo berhubungan dengan dia. Frekuensinya sesuai gitu loh.
Walaupun gue cuman ketemu waktu kuliah doang dan berhubungan melalui handphone. Gue merasa nyaman bicara sama dia. Waktu kuliah gue coba pake skill curi-curi pandang gue. Ternyata dia lumayan menarik juga. Waktu malam hari gue sering menghubungi dia lewat handphone.
Lama-lama hal simple tersebut menjadi kebiasaan. Tidak menghubungi dia walau satu hari atau saat pulsa sedang sekarat rasanya kurang sip. Dan entah kenapa waktu memikirkan dia dimana. sedang siapa dan berbuat apa, gue pengennya sambil dengerin musik balada yang syahdu. Padahal gue doyannya musik aliran cadas kayak Dragonforce, Linkin Park, The Gazette dan lain-lain. Tapi sekarang musik cinta ala Melly Goeslaw dan Rossa menghiasi kuping gue.
Terpikir oleh gue apakah ini yang namanya cinta? Gue masih belum yakin apakah ini atau cinta atau enggak. Tapi setiap kali gue tidak berhubungan dengannya walau satu hari saja. Terasa berat hari tersebut seperti ada yang hilang di hari-hari gue. Juga saat waktu berhubungan dengan dia dan gue tanya apakah dia punya kekasih atau tidak dan dia hanya menjawab dengan jawaban yang masih belum jelas serta penuh teka-teki, terasa sesak hati kecil gue.
Dan gue menarik kesimpulan gue cinta sama dia. Cewek yang misterius, penuh teka-teki namun lembut tersebut telah mencuri hati gue dan gue tidak harus melaporkannya kepada pihak yang berwajib walaupun hati gue telah dia curi. Inikah yang namanya takdir
Teringat dengan kenangan cinta gue yang gagal karena tidak pernah gue ungkapkan. Kenangan sedih tersebut kembali menghantui gue. Namun sekarang gue mencoba mendobrak dinding pembatas yang menghalangi jalan untuk menggapai cinta gue tersebut. Mungkin percobaan pertama ini akan berakhir menyakitkan tapi tidak salah kalo dicoba. Terlebih dahulu gue rencanakan bagaimana cara gue untuk mengungkapkan cinta gue. Dan pelan-pelan gue jalankan sambil berdoa mudah-mudahan cinta gue kali ini bisa tercapai. Mudah-mudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar