Kamis, 08 September 2016

Lika - Liku dan Luka



   Lama enggak nge-blog dan udah pasti blog pribadi kesayangan gue yang tercinta lagi tersayang udah berlumut karena lama enggak diusik. Setelah sekian lama dan menempuh berbagai cobaan yang setia untuk menyapa, gue kembali mengupdate isi blog dengan tulisan gue yang (enggak) bermutu.

   Dari judul artikel gue yang baca pasti pada bingung kenapa jadi pakai lika-liku plus ditambah embel-embel luka pula. Gue sok puitis ya bisa jadi. Ini artikel emang gue buat karena gue sering mengalami lika-liku kehidupan seperti manusia kebanyakan karena gue emang manusia (masa alien). Daripada berbagai inspirasi berjubel dan ujung-ujungnya bikin kouta otak gue jebol makanya gue lebih baik bikin artikel guna menyalurkan inspirasi-inspirasi tersebut contohnya artikel ini. Ditemani laptop gue si Steven V2 dan dentuman cadas musik metal serta disuplai segelas es teh yang tidak lagi sedingin es, gue membuat artikel ini dengan berurai air mata karena kelilipan.

   Sebagai insan yang memiliki kehidupan (ceileh), gue mengalami berbagai macam lika-liku yang menuntun ke arah suka dan juga menjebloskan ke dalam duka. Praktis setelah lulus SD gue masuk SMP dan dalam perkiraan gue masa-masa SMP adalah masa-masa indah dan benar itu adalah masa-masa indah. Dan lika-liku masa SMP selalu berkecamuk bagai serbuan kebo ngamuk. Di SMP gue mengenal cinta apalagi itu adalah cinta pertama. Indah sungguh indah dan itu indah sangat begitu indah. Ya meliriknya saja gue begitu berbunga-bunga persis seperti bunga yang disiram racun tanaman. Bertemu dan berteman dengan siswa-siswi lain dari pelbagai latar belakang daerah dan sifat juga membuat gue menimati masa-masa SMP. Gue waktu itu punya sifat pemalu dan rada minder kalao ketemu orang. Bawaannya paranoid melulu. Mikir gue aneh lah, mikir penampilan gue ada yang salah atau mikir gue ini enggak banget di hadapan siswa dan siswi lain. Mungkin karena masa-masa itu gue lagi sedang dalam proses transfer dari masa anak-anak ke masa remaja yang lebih penuh tantangan. Dukanya adalah karena ada segerombolan siswa lain yang lebih top dan kerap kali membully gue karena gue ini punya aura yang cocok untuk dijadikan bahan bully atau perploncoan lainnya. Sumpah malu banget dan gue juga sering khawatir kena terror kelompok tersebut bila di sekolah dan hasilnya masa-masa SMP gue sedikit terganggu. Tapi show must go on, gue tetap ke sekolah dan berusaha lepas dan menikmati berbagai bullyan yang kadang menghampiri. Gue berusaha cuek aja karena gue enggak bisa melawan maklum yang tukang bully badannya gede-gede. Bisa babak belur gue kalo ngelawan. Dan yang bikin masa-masa SMP gue juga sering bikin gue sedih adalah dikarenakan gue punya sifat pemalu akut makanya gue enggak berani menyatakan cinta pada pujaan hati gue. Gue jadinya sering patah hati. Melihat pujaan hati digaet orang lain udah biasa bagi gue pada saat itu.

   Hati terasa luka di masa-masa itu sudah jadi hal yang sering gue rasakan tapi ada juga suka yang gue temui. Jadinya enggak ngenes-ngenes amat lah. Berbagai harapan dan imajinasi berseliweran bagaikan nyamuk yang sedang merubung badan. Tapi kenyataan berkata lain dan gue hanya bisa berkata ya sudahlah namun hati kecil ini seakan berkata tidak menerima kenyataan yang ada di depan mata. Hatipun luka karena tidak bisa menerima kenyataan yang ada di hadapan.

   Berlanjut ke masa-masa SMA dan masa-masa inilah lika-liku yang berdampak paling besar dalam kehidupan gue sampai saat ini. Masa-masa SMA inilah yang membuat gue akhirnya merasakan nikmatnya masa-masa remaja sekolah. Terasa menemukan jati diri di masa-masa tersebut. Soal naksir cewek ya seperti sebuah hal yang wajib dalam masa-masa sekolah gue baik SMP maupun di masa-masa SMA yang sedang gue jalani. Sebab karena gue enggak punya daya tarik kaya teman-teman gue yang bertampang keren dan kerap di kejar-kejar cewek (entah karena ada hutang atau emang karena suka), akhirnya gue milih satu jalan yang menurut gue lumayan berat yaitu jadi murid teladan atau jadi murid berotak encer. Belajar lebih keras dan semua itu gue lakukan dengan alasan ingin diri gue diakui oleh teman-teman yang lain. Tapi selain alasan tersebut gue juga punya alasan lain yaitu pengen menarik perhatian cewek taksiran gue yang selalu bikin gue pangling dan (pada masa itu) berharap ingin memiliki dia. Gue enggak ganteng karena di masa itu gue jerawatan abis dan rada dekil. Mana ada cewek yang mau sama gue kecuali kalo ada yang punya maksud tersembunyi alias ada burung di balik sempak. Satu-satunya cara untuk membuat dia rada melirik gue adalah dengan menjadi salah satu siswa teladan. Walaupun ujung-ujungnya gue patah hati lagi karena enggak bisa menyatakan cinta gue sampai akhirnya lulus SMA. Gue enggak berani karena sifat gue yang pemalu dan minderan. Dan luka di hati muncul disebabkan oleh diri gue sendiri. Sakit hati terhadap diri sendiri.

   Setelah lulus dan masuk masa-masa kuliah gue ketemu cewek yang lambat lau akhirnya gue taksir dan akhirnya pada masa kuliah inilah pertama kalinya gue menyatakan cinta dan guess what? Gue ditolak dan rasanya adalah hati terasa hancur berkeping-keping dan bila dikumpulin bisa dijual ke tukang rongsokan. Tapi gue lega akhirnya gue bisa menyatakan perasaan gue ini. Berbagai cobaan gue alami waktu kuliah sampai menghadapi musuh besar mahasiswa yaitu skripsi. Cobaan di masa-masa menggarap skripsi seakan membuat air mata mengalir. Mulai dari skripsi yang semalam suntuk dibuat tapi malah dicorat-coret dosen karena ada kesalahan sampe dosen pembimbing yang rada susah di terka keinginannya saat membimbing penggarapan skripsi. Tapi akhirnya selesai juga skripsi gue yang tebalnya kurang lebih dengan buku komik.

   Lulus kuliah adalah tantangan yang paling berat dalam hidup gue. Berbagai liku-liku gue hadapi mulai dari mencari kerja namun enggak dapet-dapet sampe keadaan yang tidak bisa berkata bohong karena usia udah bertambah. Terasa sesak dan terasa lemas diri ini mengalami kenyataan bahwa hidup begitu penuh lika-liku yang tidak mengenakan dan akhirnya menimbulkan luka. Luka karena menyesal tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan itu juga disebabkan oleh diri gue sendiri. Tapi yang membuat gue tetap semangat menghadapi lika liku yang bisa menyebabkan luka ini adalah suatu kata-kata bijak yaitu nikmatilah hidup maka hidup akan terasa lebih nikmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar